Penganggur Muda?
“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”
Mimpi besar Presiden Soekarno 65 th yg lalu ini tampaknya
belum terealisasi secara maksimal.
Masih banyak penduduk muda Indonesia yang menganggur serta
berlatar belakang pendidikan yang minim.
Hmm… Pertama-tama, mengapa hal ini bisa terjadi?
Menurut BPS, kelompok penduduk muda (usia 16-30 tahun)
Indonesia sebenarnya mencapai 27% dari 238jt penduduk Indonesia (2010). Pada
tahun 2012, keberadaan penduduk muda ini menjadi lebih penting karena Indonesia
memasuki fase bonus demografi.
Apa itu
bonus demografi? Saat ketika proporsi penduduk usia produktif menjadi 2x lipat
lebih banyak dari penduduk tidak produktif (anak-anak dan lansia). Ledakan
peduduk produktif berpeluang mempercepat roda pembangunan, JIKA…penduduk
berproduksi, menabung, dan menginvestasikan tabungannya. Bonus demografi ini
diperkirakan akan terus terjadi paling tidak hingga 2 dekade mendatang.
Sayangnya belum
semua penduduk usia produktif di Indonesia terserap lapagan kerja. Angka
pengangguran penduduk muda hingga Februari 2014 masih 20,9% dari 53,7juta
angkatan kerja usia muda Indonesia. Presentase ini terbilang paling tinggi bila
dibandingkan dengan Asia Tenggara (13,3%), dan Asia Timur (9,8%). Mereka yang
disebut menganggur ini tidak bekerja / bekerja sementara.
Bagaimana supaya mimpi Soekarno
tadi dapat terwujud dan masalah pengangguran ini dapat ditekan?
Sepertinya Indonesia dapat belajar
dari India. Pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa menciptakan lebih banyak lapangan
pekerjaan seperti yang diciptakan India pada tahun 2013, ketika pertumbuhan
ekonomi India berada di angka 4,7% India hanya memiliki tingkat pengangguran
penduduk usia 15-24 tahun sebesar 10%.
Bagaimana India
dapat melakukan hal itu?
Pemerintah India terus berusaha
menekan angka pengangguran dengan mendorong peningkatan kualitas pemudanya
dengan mengembangkan hampir 20.000 perguruan tinggi yang menyerap sekitar 8
juta mahasiswa. Angka partisipasi sekolah tingkat menengah di India naik dari
62,5% pada 2003/4 menjadi 85,5% pada 2010/11.
Di indonesia…
Perbaikan kualitas pendidikan
tenaga kerja mudanya relatif lambat. Menurut BPS (Februari 2014) ada lebih dari
11 juta penganggur berpendidikan SMP, dimana lebih dari separuh penganggur
berpendidikan rendah ini adalah penduduk muda di Pulau Jawa.
Dengan kondisi ini, suli
mengharapkan kemampuan penduduk muda Indonesia bersaing di pasar kerja.
Padahal, persaingan akan semakin tinggi ketika MEA 2015 dimulai.
Apa solusinya ?
Mungkin salah satunya diperlukan
upaya mendorong pertumbuhan lewat perluasan pasar ekspor yang berimbas pada
meningkatnya kebutuhan tenaga kerja.
Selain itu peningkatan pendidikan
wajib belajar 9 tahun dapat digalakkan kembali untuk meningkatkan kompetensi
SDM pemuda Indonesia.
Tingkat wirausaha Indonesia yang
masih rendah juga sebaiknya terus ditingkatkan
untuk memperluas lapangan pekerjaan.
Penanaman pembekalan pendidikan
pemuda yang sudah ada juga dapat lebih
ditingkatkan practical skill nya daripada theoritical skill karena di
masyarakat dan dunia kerja, soft skill merupakan salah satu komponen penting
yang berkontribusi dalam mencapai kesuksesan.
Terlepas dari semua hal diatas,
yang pasti jadilah pemuda Indonesia yang “peduli”, baik terhadap negara,
lingkungan, dan juga diri sendiri.
“Bukan
mengenai apa yang dapat negara berikan pada kita, tapi apa yang dapat kita
berikan pada negara?”
Disclosure:
Post ini diadaptasi dari artikel
dari harian kompas tanggal 22 Agustus
2014 yang berjudul “Penganggur Muda”
dengan berbagai perubahan.
Sumber referensi gambar:
http://gitarcoklat.files.wordpress.com/2012/10/soekarno.jpg
No comments:
Post a Comment