Tuesday, September 16, 2014

Pemuda Indonesia, (bukan) Penganggur Muda?!

Penganggur Muda?


“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”


Mimpi besar Presiden Soekarno 65 th yg lalu ini tampaknya belum terealisasi secara maksimal.
Masih banyak penduduk muda Indonesia yang menganggur serta berlatar belakang pendidikan yang minim.


Hmm… Pertama-tama, mengapa hal ini bisa terjadi?
Menurut BPS, kelompok penduduk muda (usia 16-30 tahun) Indonesia sebenarnya mencapai 27% dari 238jt penduduk Indonesia (2010). Pada tahun 2012, keberadaan penduduk muda ini menjadi lebih penting karena Indonesia memasuki fase bonus demografi.

                Apa itu bonus demografi? Saat ketika proporsi penduduk usia produktif menjadi 2x lipat lebih banyak dari penduduk tidak produktif (anak-anak dan lansia). Ledakan peduduk produktif berpeluang mempercepat roda pembangunan, JIKA…penduduk berproduksi, menabung, dan menginvestasikan tabungannya. Bonus demografi ini diperkirakan akan terus terjadi paling tidak hingga 2 dekade mendatang.
Sayangnya belum semua penduduk usia produktif di Indonesia terserap lapagan kerja. Angka pengangguran penduduk muda hingga Februari 2014 masih 20,9% dari 53,7juta angkatan kerja usia muda Indonesia. Presentase ini terbilang paling tinggi bila dibandingkan dengan Asia Tenggara (13,3%), dan Asia Timur (9,8%). Mereka yang disebut menganggur ini tidak bekerja / bekerja sementara.

Bagaimana supaya mimpi Soekarno tadi dapat terwujud dan masalah pengangguran ini dapat ditekan?
Sepertinya Indonesia dapat belajar dari India. Pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan seperti yang diciptakan India pada tahun 2013, ketika pertumbuhan ekonomi India berada di angka 4,7% India hanya memiliki tingkat pengangguran penduduk usia 15-24 tahun sebesar 10%.
Bagaimana India dapat melakukan hal itu?
Pemerintah India terus berusaha menekan angka pengangguran dengan mendorong peningkatan kualitas pemudanya dengan mengembangkan hampir 20.000 perguruan tinggi yang menyerap sekitar 8 juta mahasiswa. Angka partisipasi sekolah tingkat menengah di India naik dari 62,5% pada 2003/4 menjadi 85,5% pada 2010/11.
Di indonesia…
Perbaikan kualitas pendidikan tenaga kerja mudanya relatif lambat. Menurut BPS (Februari 2014) ada lebih dari 11 juta penganggur berpendidikan SMP, dimana lebih dari separuh penganggur berpendidikan rendah ini adalah penduduk muda di Pulau Jawa.
Dengan kondisi ini, suli mengharapkan kemampuan penduduk muda Indonesia bersaing di pasar kerja. Padahal, persaingan akan semakin tinggi ketika MEA 2015 dimulai.

Apa solusinya ?
Mungkin salah satunya diperlukan upaya mendorong pertumbuhan lewat perluasan pasar ekspor yang berimbas pada meningkatnya kebutuhan tenaga kerja.
Selain itu peningkatan pendidikan wajib belajar 9 tahun dapat digalakkan kembali untuk meningkatkan kompetensi SDM pemuda Indonesia.
Tingkat wirausaha Indonesia yang masih rendah juga sebaiknya terus ditingkatkan  untuk memperluas lapangan pekerjaan.
Penanaman pembekalan pendidikan pemuda  yang sudah ada juga dapat lebih ditingkatkan practical skill nya daripada theoritical skill karena di masyarakat dan dunia kerja, soft skill merupakan salah satu komponen penting yang berkontribusi dalam mencapai kesuksesan.
Terlepas dari semua hal diatas, yang pasti jadilah pemuda Indonesia yang “peduli”, baik terhadap negara, lingkungan, dan juga diri sendiri.

                “Bukan mengenai apa yang dapat negara berikan pada kita, tapi apa yang dapat kita berikan pada negara?”



Disclosure:
Post ini diadaptasi dari artikel dari harian kompas tanggal  22 Agustus 2014 yang  berjudul “Penganggur Muda” dengan berbagai perubahan.

Sumber referensi gambar:

http://gitarcoklat.files.wordpress.com/2012/10/soekarno.jpg

No comments:

Post a Comment